Statistical Ecology: #2 Cara Menghitung Indeks Morisita

Hai hai.. apa kabar blogger sekalian? Kali ini saya ingin share mengenai Indeks Morisita.

Pada skripsi saya yang bertemakan ekologi pohon merbau, salah satu topik bahasannya adalah menganalisis pola sebaran spasialnya menggunakan indeks Morisita. Salah satu rujukan asli yang mencantumkan indeks tersebut adalah jurnal yang ditulis Morisita sendiri tahun 1959, namun sayangnya jurnal tersebut sulit untuk diakses secara gratis di internet (berdasarkan pengalaman saya sih).

Selain itu terdapat satu lagi rujukan buku Krebs yang berjudul Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance tahun 1985. Nah, karena saya sudah muter2 di perpustakaan IPB dan semua perpustakaan di empat departemen Fahutan IPB, ternyata buku tersebut ada katalognya tapi tidak ada bendanya alias raib, maka sempat shock lah saya. Berdasarkan penelusuran saya hanya kedua sumber di atas lah yang menyajikan indeks Morisita secara asli dan lengkap tanpa merujuk ke rujukan lain.

Akhirnya, saya menemukan sebuah jurnal dari Thailand tahun 2005 yang berjudul Nest dispersion of a stingless bee species, Trigona collina Smith, 1857 (Apidae, Meliponinae) in a mixed deciduous forest in Thailand. Pada jurnal tersebut menyampaikan tentang ketiga tahapan rumus yang diperlukan dalam menghitung pola sebaran suatu spesies.

Kemudian mengapa memilih indeks Morisita untuk menghitung pola sebaran suatu individu? Mengapa saya tidak menggunakan indeks yang lain? Alasannya sih karena dosen pembimbing saya merekomendasikan saya untuk menggunakan indeks tersebut. Hehhee. Namun alasan ilmiahnya bisa dilihat pada salah satu cuplikan dari skripsi saya di bawah ini:

“Pola sebaran spasial suatu spesies dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam indeks sebaran, antara lain dengan rasio varian dan mean, Indeks Clumping, Koefisien Green, Indeks Morisita, Standarisasi Indeks Morisita dan rasio antara kepadatan observasi dengan kepadatan harapan (Rani 2003). Iwao (1968) menyatakan bahwa Indeks Morisita (Id) adalah yang paling sering digunakan untuk mengukur pola sebaran suatu spesies karena hasil perhitungan dari indeks tersebut tidak dipengaruhi oleh perbedaan nilai rataan dan ukuran unit sampling. Southwood (1966) dan Pielou (1969) juga menyatakan hal yang sama. Menurut Southwood, indeks Morisita dapat menunjukkan pola sebaran suatu spesies dengan sangat baik. Indeks ini bersifat independent terhadap tipe-tipe distribusi, jumlah sampel dan nilai rataannya. Oleh karena itu, menurut Pielou (1969) berapa pun ukuran contohnya, indeks Morisita akan memberikan hasil yang relatif stabil. Standarisasi indeks Morisita merupakan perbaikan dari Indeks Morisita dengan meletakkan suatu skala absolut antara -1 hingga 1. Suatu penelitian simulasi membuktikan bahwa indeks ini merupakan metode terbaik untuk mengukur pola sebaran spasial suatu individu karena tidak bergantung terhadap kepadatan populasi dan ukuran sampel (Rani 2003).”

Nah, jadi udah tau kan sekarang kelebihan indeks tersebut apa? Hehehee. Oke sekarang lanjut pada proses perhitungannya. Secara umum terdapat tiga langkah untuk menghitungnya, yaitu:

1. Menghitung nilai indeks Morisita (Id)

Dimana: n adalah jumlah plot contoh, dan x adalah jumlah individu yang ditemukan pada setiap plot. Jadi misalkan saya dulu ingin menghitung sebaran merbau di lima lokasi hutan. Pada masing-masing hutan saya membuat plot berbentuk jalur sebanyak 3 jalur, amsing-masing berukuran 20 x 500 meter yang dibagi lagi menjadi plot contoh berukuran  20×20 meter. Jadi pada setiap satu lokasi akan ada 75 plot contoh. So, n nya adalah 75.

2. Menghitung Mu dan Mc dengan rumus sebagai berikut:

3. Menghitung Standar derajat Morisita:

Ip disini ada 4 rumus. Jadi ada 4 kondisi kita  menghitung Ip dengan rumus yang mana.

Kondisi yang pertama, jika nilai Id > 1, dan Id > atau = Mc, maka pakai rumus 1.

Kedua, jika nilai Id > 1, dan Id < Mc, maka pakai rumus 2.

Ketiga, jika nilai Id < 1, dan Id > Mu , maka pakai rumus 3.

Keempat jika nilai Id < 1, dan Id < Mu, maka pakai rumus 4.

Kemudian, langkah yang terakhir adalah menentukan pola sebaran berdasar nilai Ip di atas. Jika Ip < 0 maka pola sebarannya SERAGAM. Jika Ip = 0 maka pola sebarannya ACAK, dan jika Ip > 0 maka pola sebarannya MENGELOMPOK.

Nah.. Bagaimana? Masih pada bingung tidak? Hehehe.. cukup mudah bukan. Jika masih bingung, silakan ajukan pertanyaan melalui coment di bawah ini. Sebenanrnya yang paling sulit disini bukanlah proses menghitungnya, namun proses menganalisis mengapa pola sebarannya bisa acak, mengelompok, atau seragam. Disinilah diperlukan tingkat analisis yang dalam bahkan saya dulu sampai dibuat pusing berhari-hari untuk memaknai pola sebarannya. Kita harus punya beberapa parameter ekologi terutama biofisik untuk membantu interpretasi makna sebarannya. So, berminat untuk menggunakan indeks ini? Silakan mencoba! 😛

Contoh perhitungan excel ada di bawah ini ya. Saya pakai data ngasal dengan jumlah sampel 9 plot. Rumus excel untuk perhitungan masing-masing cell (B13-B18) saya copy di samping cell yang bersangkutan ya, yang warna merah. Selamat mencoba.

Screen Shot 2017-08-22 at 10.54.13 PM

34 comments

    1. Kak mau nnyak klau kita ni menggunakan metode petak ganda yang dimana ukuran awal 20×20 dan di dalam petak atau plot itu terdapat sub plot ber ukuran 2×2 jadi ngitungnya gimana kak

  1. thanks banget infonya bang,,, kebetulan saya memakai indeks ini tapi hanya mempunyai sumber dari jurnal yang dikasih dosen pembimbing saya tetapi di dalam jurnal itu rumusnya agak berbeda seperti ini Id = (n (∑x^2- N))/(N (N-1)),,,,, apa salah ketik atau gmana? soalnya nanti sore saya sidang thanks,,, tolong di balas y

    1. Maaf sebelumnya sy bukan “bang” tapi “mbak”, hehehe. but never mind.
      Wah kok bisa beda ya, perasaan dlu pas sya berburu literatur smua rumusnya sama, Tapi sepertinya saya juga sedikit familiar dgn rumus yg dijurnal kamu. tapi lupa 😛 Tapi pengujiannya sama gak? menggunakan Mu Mc atau gmn? menarik nih.

      Oiya gutlak buat sidangnya. 😛

      1. mbak izin nanya, indeks ini bisa digunakan tidak ya kalo setiap stasiun plot (n) nya berbeda ada yang 3, 2 dan 1? atau harus disamakan semua ya? ada minimumnya ga sih untuk banyaknya plot mbak di setiap stasiun?

    1. Rani C. 2003. Metode pengukuran dan analisis pola spasial (dispersi) organisme bentik. Jurnal Protein 19:1351-1368 Saya dapatnya dulu kalau nggak salah di internet, gooling. tapi lupa apa situsnya 😛

      1. mohon maaf kak untuk jurnal Rani C. 2003. Metode pengukuran dan analisis pola spasial (dispersi) organisme bentik. Jurnal Protein 19:1351-1368
        tidak bisa didownload bahkan tidak ada isinya atau ada cara lain ya kak?

      2. mohon maaf kak untuk jurnal Rani C. 2003. Metode pengukuran dan analisis pola spasial (dispersi) organisme bentik. Jurnal Protein 19:1351-1368
        tidak ada isi jurnalnya bahkan sulit untuk dicari?
        mohon sarannya
        terimakasih

  2. thanks mb… aku jd dapat pencerahan. hhe…. tapi aku masih binggung. kalo kita mau cari sebaran, plus kepadatan populasinya tambah rumus apalagi nya mb…??

    1. mbak, apakah bisa jika setiap plotnya tidak dalam jumlah yang sama? jadi saya punya data yang saya ambil dari suatu kabupaten, saya mengumpulkan data dari 3 stasiun (3 kecamatan) berbeda, setiap stasiun ada yang plot (n)nya 3, 2 dan 1. apakah data tersebut bisa dipakai mbak? atau saya harus menyamakan plotnya di setiap stasiun ya? atau ada indeks lain yang bisa digunakan untuk mencari pola sebaran hewan ya:< saya hopeless mbak

  3. Mohon izin bertanya, jika saya ingin menduga pola persebaran kepiting bakau menggunakan alat tangkap bubu (trap) di 6 lokasi pengamatan, dimana setiap lokasi pengamatan dipasang 5 buah bubu. Apakah unit pengambilan contoh saya 6, 5 atau 30 (6×5) ya mbak?

  4. Permisi numpang tanya kalo menghitung pola sebaran tumbuhan sama hewan beda apa gak mbak. Trus rumus indeks ini ditemukan oleh siapa sama tahun berapa soalnya dosbing saya nyuruh lengkapi dengan penemu rumus indeka ini mbak. Mohon bantuannya sulit banget cari penemunya. Mkasih mbak.

    1. Untuk hewan dan tumbuhan tentu saja berbeda. tapi indeks standarisasi morisita ini relatif luas bisa dipakai untuk jenis hewan dan tumbuhan, karena basisnya kehadiran individu/plot. Silakan cek literatur dulu untuk jenis hewan tertentu yg basisnya bukan kehadiran/plot, enaknya pakai indeks apa.

      untuk penemu indeks ini, saya rasa sudah saya sebutkan di postingan di atas ya. Sila dibaca lagi. 🙂

  5. Mbak tolong ajari saya cara menghitung menggunakan Indeks Morisita ini dong. Soalnya d kampus sulit untuk mendapatkan orang yang mau mengajarkan saya. Saya menggunakan Indeks ini di skripsi saya

  6. Mbak tolong dong saya uda pusing ni cari cara menghitung pola penyebaran lamun dengan indeks morisita dengan mengunakan excel, tolong contoh perhitunganya mbak trims seblumnya

  7. Mbak boleh minta alamat emailnya tidak? Untuk nanya2 masalah perhitungan saya nanti bener apa tidak. Saya pusing plot saya ada banyak, dan tidak ada yg bs mengajari saya mbak.

  8. Sebelumnya minta maaf,mohon izin bertanya. Bagaimana caranya identifikasi pohon tempat bersarang dan pohon sumber pakan. Terima kasih

  9. saya tertarik dengan tulisan kakak. saya fahutan IPB angkatan 52 mau pakai indeks tersebut kak. boleh minta kontaknya kak? akun instagramnya kok tidak terdeteksi ya kak

  10. Assalamualaikum.
    Untuk menentukan nilai Id nya yang ada di gambar kok jelas ya kak, Minta yang lebih jelas dong kak

  11. Assalamualaikum.
    Untuk menentukan nilai Id nya yang ada di gambar kok ga jelas ya kak, Minta yang lebih jelas dong kak. Soalnya saya juga pake rumus ini tapi kandas di menentukan nilai Id nya, jadi bingun saya cara menghitungnya gimana. Tolong dibalas

  12. kak boleh nanya gak, apakah untuk perhitungan ini bisa dipake untuk menghitung hewan di suatu wilaya? misalnya perkampungan gitu kak? dan luasan wilayahnya bisa dalam satuan hektar ga ya? apa dikhususkan untuk digunakan dalam skala kecil aja ya hitungannya?

  13. Sorry teh, Krebs tidak menulis indeks morisita di buku tersebut tapi di buku Krebs yang lain judulnya Metode Ekologi

Leave a reply to Dwi Puji Lestari Cancel reply